Dharma Eka Adji

I am a Writer

Dharma EA

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna aliquam erat volutpat. Ut wisi enim ad minim veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit .
Erat volutpat. Ut wisi enim ad minim veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper.

  • 3066 Stone Lane, Wayne, Pennsylvania.
  • +610-401-6021, +610-401-6022
  • admin@mydomain.com
  • www.yourdomain.com
Me

My Professional Skills

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna aliquam erat volutpat.

Web Design 90%
Web Development 70%
App Development 95%
Wordpress 60%

Awesome features

Aliquam commodo arcu vel ante volutpat tempus. Praesent pulvinar velit at posuere mollis. Quisque libero sapien.

Animated elements

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Sed tempus cursus lectus vel pellentesque. Etiam tincidunt.

Responsive Design

Pellentesque ultricies ligula a libero porta, ut venenatis orci molestie. Vivamus vitae aliquet tellus, sed mollis libero.

Modern design

Duis ut ultricies nisi. Nulla risus odio, dictum vitae purus malesuada, cursus convallis justo. Sed a mi massa dolor.

Retina ready

Vivamus quis tempor purus, a eleifend purus. Ut sodales vel tellus vel vulputate. Fusce rhoncus semper magna.

Fast support

Suspendisse convallis sem eu ligula porta gravida. Suspendisse potenti. Lorem ipsum dolor sit amet, duis omis unde elit.

0
completed project
0
design award
0
facebook like
0
current projects
  • Menuju Puncak Salju KHATULISTIWA

    Menuju Puncak Salju KHATULISTIWA


    Ditengah hujan es dan cuaca buruk, tiga anggota MANUNGGAL BHAWANA INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA berhasil menaklukkan CARSTENSZ PYRAMID – pegunungan yang merupakan bagian dari tujuh puncak tertinggi di dunia. EKA menuturkan pengalamannya kepada MATRA.

    Bagian tengah dataran tinggi Irian Jaya adalah kawasan pegunungan yang sangat diincar para pendaki mancanegara dan Tanah Air. Disana antara lain terdapat Carstensz Pyramid, pada ketinggian 4,884 meter diatas permukaan laut (dpl). Ia merupakan salah satu dari tujuh puncak tertinggi di dunia - yang diincar para pendaki untuk ditaklukkan.
    Itulah yang mendorong kami-Eka, Inthyc,dan Bambang - ingin segera menaklukkan pegnungan tersebut. Bukan apa-apa. Carstensz mempunyai keunikan dan keistimewaan tersendiri untuk daerah yang berada di lintasan khatulistiwa. Sebab, ada salju disekitar pegunungan tersebut .
    Dengan tekad membara, 2 sampai 17 November 1995, kami menjenguk Carstensz Pyramid, Carstensz Timur, dan Puncak Jaya/Ngapulu. Perjalanan itu kami awali dari Desa Cago, Kecamatan Ilaga.
    Kami berangkat bersama 15 Porter, yang sengaja kami sewa untuk meringannkan beban. Seandainya tak ada Porter, tentu sulit membawa 180 kilogram perlengkapan kami

    Base camp satu dan lainnya kami lewati dengan cara flying camp. Dan kami tiba di base camp induk Lembah Danau-danau setelah melakukan perjalanan selama enam hari.
    Singkat cerita, base camp PUBUANA, pada hari pertama, kami tempuh selama empat jam. Sedangkan untuk base camp hari kedua, kami tentukan lokasinya didaerah KAMAGELOMEH. Jika dihitung-hitung, lokasi ini berjarak tujuh jam perjalanan dari Pubuana. Medan yang kami lewati menuju kesana cukup berat : menanjak dan becek – pas buat pemanasan menuju base camp selanjutnya. Kaki saya sampai kram segala . He-he-he.
    Base camp hari ketiga, AMIGAMEH, yang terletak dibawah lembah, dekat sungai Amigameg, pun terlewati. Begitu juga dengan base camp hari ke empat di KURUADIKIMEH. Kemudian pada hari kelima, kami terus berjalan
    menuju base camp NASIDOMEH. Untuk ketiga base camp ini, kami memakan waktu tempuh rata-rata sekitar tujuh sampai delapan jam.
    Perlu diketahui, Medan yang kami lewati adalah rawa-rawa, sungai, padang rumput, hutan pakis raksasa, tumbuhan dataran tinggi (montane), dan tebing berbatu runcing (stone forest) yang tingginya mencapai 10 meter.
    Diketiga daerah itulah kami dapat melihat dan menikmati pemandangan yang mengasikkan sekaligus membosankan . Bagaimana tidak sejauh mata memandang yang tampak hanya bukit-bukit. Itulah yang akan kami tempuh dan juga harus kami nikmati.
    Seluruh medan yang kami lalui setiap hari ditambah cuaca yang sering hujan dan berkabut, tidak membuat kami serta porter patah semangat. Kami bertekad maju terus, kecuali bila senja tiba hari. Hari demi hari, dingin yang kami rasakan mulai menusuk tulang. Sempat muncul rasa rasa senang beserta puas ketika dalam perjalanan dari Agiyogu ke Komalamadikimeh terhampar gunung salju diantara hijaunya pepohonan.
    Dari Nasidomeh ke New Zeland Pass, kami melewati beberapa danau, yaitu danau Bigil, Discovery, dan Lartson, dengan jarak tempuh dua jam. New Zelad Pass, pintu masuk ke Lembah Danau-danau yang kami lewati berupa celah besar dengan medan turun naik dan berbatu. Diperjalanan saya sempat menemukan tengkorak manusia yang sudah tidak utuh.

    Ketika turun dari celah New Zeland Pass menuju Lembah Danau-danau, kami disambut oleh tegarnya CARTENSZ PYRAMID dibawah siraman hujan lebat. Kami baru tiba di Lembah Danau-danau sebagai Base camp induk pukul 12.30 Waktu Indonesia Timur (WIT). Waktu yang kami tempuh dari Nasidomehke base camp induk ini kurang lebih 5 jam. Udara dingin yang menusuk tulang membuat kami segera memasang tenda dan mengganti baju dengan yang kering dan hangat. Sedangkan para Porter langsung berlari ke Gua Rawa untuk berlindung.
    Hari pertama di Lembah Danau-danau kami pergunakan untuk beristirahat dan beraklitimasi, disamping untuk merencanakan pendakian ke Carstensz Pyramid dan gunung yang lain esok harinya.
    Pada hari kedua disana, 9 November 1995, pukul enam pagi, kami memulai pendakian . Cuaca ketika itu cukup cerah. Di LEMBAH KUNING, tempat memulai kami pendakian dengan jalur konvensional, medannya berbatu tajam, basah, dingin, dan berlapir es.
    Pendakian satu jam pertama memang tidak begitu menyiksa. Tapi setelah itudan seterusnya, aduh tangan terasa sakit dan beku. Apalagi sarung tangan wol yang kami pakaisudah mulai sobek digesek bebatuan. Untung bekas pengamanan bekas pemanjat sebelumnya yang kami temukan masih bisa digunakan : piton, webbing yang menyangkut dilubang tembus, hanger dan sebagainya.
    Memasuki pukul 09.00 WIT, cuaca berubah dengan cepat. Dari berkabut lama - kelamaan tebal dan gelap. Walau begitu, pemanjatan masih terus kami lakukan. "Gimana, Ti, Beng, kabut nich ?" tanya saya. " Terus aja dulu," jawab mereka .
    Namun, pukul 11.00 WIT, cuaca sudah tidak bersahabat. Kabut sudah menutupi pengelihatan. Hujan es turun. Ah sayang. Padahal pemanjatan yang kami lakukkansudah sekitar 5 jam. Puncaknya sudah tidak jauh. Kami berhenti sejenak ketika hendak melakukan travelsing pada celah lebar. Mau tidak mau, atas kesepakatan bertiga, pemanjatan kami tunda dulu.
    Lantas kami kembali ke Lembah Danau-danau. Disana, kami bertemu dengan Sapto dan Ripto, pendaki senior, beserta rombongannya. Sebelum berangkat ke Carstensz, salah satu anggota Manunggal Bhawana sudah berkonsultasi dengan Ripto di Cibodas, Jawa Barat, sehingga kami sudah tahu kalau mereka juga hendak ke Carstensz.
    Lantas, saya ceritakan seluruh kejadian yang baru kami alami diatas. "Kita sama-sama saja besok," ujar Ripto memberi semangat. "Kalau cuaca masih buruk juga, bagaimana ?" tanya saya bimbang. "Jalan terus!" katanya.
    Esoknya, kami berangkat lebih awal pukul 04.30 WIT, dibawah siraman hujan es. Dibayangi rasa lelah yang masih tersisa, kami jalan terus. Harus sampai tekad saya dalam hati. Kaus tangan yang saya pakai kemarin tidak saya jahit, tapi malah saya sobek, sehingga saya tak mengenakan kaus tangan lagi. Iiih… dinginnya bukan main. Tangan terasa kaku dan perih.
    Sejauh mata memandang yang terlihat hanya salju . Berbatuan Casrtensz memang ditutupi salju pada pemanjatan hari kedua itu. Sempat terpikir "bagaimana mana jika saya salah pegang ?". Disangka batu , tak tahunya hanya gumpalan es ? sudahlah, bayangan ini segera saya usir dari kepala. Sebab , saya tahu, batuannya juga banyak yang tidak stabil dan mudah rapuh.

    Pemanjatan kali ini lebih seru dari pada yang kemarin. Dengan adanya rentangan rope client Ripto, kami bisa meluncur seperti dalam film Cliffhanger (ketika siwanita ditolong oleh tim SAR). Memang, tangan agak pegal karena harus mendorong badan sendiri supaya bisa melaju, apalagi medan awalnya sedikit menanjak.
    Semula, saya merasa ngeri juga. Bagaimana tidak ? Nun dibawah sana, mengangga jurang dengan kedalaman sekitar 400 meter. Syukur Alhamdullillah, akhirnya kami sampai juga diseberang.Tapi persoalan belum berakhir disiti.Masih ada celah yang harus lewati . Dan tak kalah seru. Pokoknya harus ada safety procedure untuk anda yang mau kesana.
    Begitu memasuki punggungan Cartensz , kami malah harus ekstra hati-hati. Salah-salah bisa celaka.Soalnya, disebelah kiri mengangga jurang tebing berbatu, sementara diseblah kanan terdapat jurang tebing bersalnju. Nah, pilih mana?.
    Seharian kami mendaki dan memanjat dalam balutan kabut dan siraman hujan yang tak henti-hentinya dari pagi. Tepat pukul 12.30 WIT pada 10 November itu, kami tiba dipuncak Cartensz Pyramid. Betapa bahagianya. Soalnya tak ada lagi ketinggian yang lebih tinggi dari yang kami pijak disitu.
    Kami berfoto-foto sejenak, walau dibayangi kekhawatiran lain. Pasalnya, kabut semakin tebal dan hujan es tiada henti. Keadaan membuat kami mau tidak mau, harus cepat-cepat turun. Tapi sebelumnya kami sempat menulis data kami di Log book yang terdapat disana dibawah " In Memoriam " Hartono Basuki Wibowo, yang mengalami musibah pada 1981.
    Kami melakukan apa yang dianjurkan Ripto kepada teman saya ketika mereka bertemu di Cibodas beberapa waktu lalu. " Kalau sudah sampai di Puncak, disana lu akan menemui log book yang gue ratuh disana. Nah, lu taruh deh disitu nama, organisasi, dan tanggal, " katanya waktu itu.
    Dalam perjalanan pulang, saya lebih mengalami "sport jantung " karena badan mengigil kedinginan. Saya harus banyak bergerak, melangkah pelan-pelan, berganti pijakan demi pijakan. Saya benamkan Boogie dibatu berlapis salju kuat-kuat dengan hati-hati agar tak tergelincir. Akhirnya, kami tiba di base camp induk pukul 16.00 WIT.
    Kami berada di puncak Carstensz Pyramin pas pada Hari Pahlawan ! keesokan harinya kegiatan kami lanjutkan dengan pendakian ke puncak Cartensz Timur, 4,860 meter dpl. Tidak seperti Carstensz Pyramid, yang sebagian berbatu, Cartensz Timur lebih bersalju dan bergletser. Begitu pula puncak Jaya/Ngapulu.
    Pukul 06.00 WIT, kami mulai melangkah dari kemah induk menuju gletser Carstensz Timur. Cuaca pagi yang cerah dan bersahabat membuat perjalanan lebih ceria.
    Dalam perjalanan tepatnya di perbatasan antara gletser dan salju, kami menemukan semacam tanda berbentuk kerucut dari plastik berwarna merah (sebagai rambu pembatas jalan). Pemandangan disana begitu indah. Sukar dilukiskan dengan kata-kata. Apalagi ketika saya melihat ke arah Lembah Kuning – Luar biasa, pemandangan yang belum pernah saya lihat sebelumnya.
    Carstensz Pyramid, Puncak Tengah, Lembah Kuning dan PT. Freeport menjadi satu bingkai dimata saya "Wow, keren!" Banyaknya jembatan es yang kami lalui membuat langkah harus ekstra hati-hati diatas permukaan salju agar tak terperosok.
    Pukul 10.30 WIT, kami tiba di puncak Carstensz Timur, sehabis berfoto-foto, kami beristirahat sebentar, dan bengong sejenak. Setelah itu, kami turun, dan tiba di base camp induk pukul 13.000 WIT.
    Karena hari kepulangan ke Ilaga sudah mepet, keesokan harinya, hari kelima dikemah induk, ekspedisi pendakian kami lanjutkan ke Puncak Jaya/Ngapulu (4,862 meter dpl). Ini puncak ketiga dalam rencana kegiaan Ekspedisi Nusantara II Manunggal Bhawana Institut Teknologi Indonesia (ITI).
    Punggungan Puncak Jaya dengan Gletser Meren-nya dapat dilihat langsung dari kemah induk, Kelihatannya dekat .Namun perjalanan 90 menit menuju gletser meren – melewati celah besar Puncak Tengah – terasa begitu lama. Sebab, jalannya menanjak.
    Gletser Meren kami lintasi selama 30 menit. Dan untuk tiba di bibir salju Puncak Jaya, kami kami harus mencopot crampon lebih dulu sebab, setelah melewati gletser meren, medan yang harus ditempuh umumnya berbatu dan menanjak, dan kami sedikit harus menanjak. Jadi perjalanan kami dari kemah induk ke bibir salju Puncak Jaya memakan waktu total tiga jam.
    Cuaca berkabut. Untuk mencapai punggungan Puncak Jaya dari bibir es, kami melakukan ice climbing setinggi 7 – 10 meter, dengan kemiringan 60 derajat. Dengan menekan kuat-kuat crampon , kami berharap ice axe mencengkeram kuat dan menancap dalam-dalam.
    Setelah melewati dinding es, kami berjalan dengan cara moving together sampai ke Puncak Jaya/Ngapulu. Cuaca makin berkabut, sehingga jarak pandang kami terbatas, disertai suhu yang panas menyengat. Aneh-kan? Saya sempat ingin membuka jaket karena gerahnya. Namun saya urungkan niat itu. "Ah, perasaan saya aja kali seperti ini, " pikir saya.
    Kabut tebal, terik matahari, dan silaunya pantulan ultra violet dari putihnya salju, semua itu menimbulkan suasana asing yang belum saya rasakan. "Seperti dalam neon yang sedang menyala, "komentar saya asal
    menguap". "yoi," jawab Bambang tak kalah entengnya.
    Lantas, salju mulai berkurang kekerasannya, mungkin karena teriknya matahari tadi. Sehingga, tiap melangkah, kami terbenam disalju sampai selutut. Berat jadinya. Situasi seperti itu terus kami alami sampai tiba di puncak.
    Sesampai kami dipuncak pukul 12.00 WIT, cuaca masih berkabut, yang disertai hujan lebat. Puncak yang cukup luas dan bersalju yang berada tepat di depan saya adalah jurang Utara Puncak Jaya, Kalau cuaca bagus, dari sini dapat dilihat Danau Lartson. Dan disebelah kiri, ke arah Barat, terlihat "sadel" antara Puncak Jaya dan Puncak Sudirman.

    Cuaca yang buruk, hujan lebat, kabut dan dingin yang menusuk tulang memaksa kami cepat-cepat angkat kaki. Perjalanan turun tak jauh berbeda dengan ketika berangkat. Kami tiba di kemah induk pukul 15.00 WIT. Menghirup segelas the manis hangat sangat bermanfaat untuk menetralisasi badan.
    Bak kata pepatah, tak ada peperangan yang tak usai, memang begitulah adanya. Maka pukul 09.00 WIT hari keenam, kami pun meninggalkan kemah induk menuju Ilaga, melalui jalan semula, celah besar New Zeland Pass. Saya menegok untuk yang kesekian kalinya ke belakang Gunung Carstensz masih tegar dengan angkuhnya. SELAMAT JALAN CARSTENSZ. NANTI KAMU KAMI JENGUK LAGI.
  • GET A FREE QUOTE NOW

    Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna aliquam erat volutpat.

    Powered by Blogger.
    ADDRESS

    4759, NY 10011 Abia Martin Drive, Huston

    EMAIL

    contact-support@mail.com
    another@mail.com

    TELEPHONE

    +201 478 9800
    +501 478 9800

    MOBILE

    0177 7536213 44,
    017 775362 13